Indonesia adalah sebuah pasar yang menarik untuk para produsen makanan dan minuman (asing) karena negara ini memiliki populasi yang muda dan besar. Terlebih lagi, daya beli masyarakat sedang meningkat, Suroso Natakusuma, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim), mengatakan pada akhir tahun lalu bahwa industri soft drink Indonesia terutama minuman botol, diprediksi akan tumbuh 6-7% pada basis year-on-year dalam tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, Coca Cola memperkirakan bahwa nilai ritel di seluruh dunia untuk minuman non alkohol akan melebihi 300 miliar dollar AS pada 2020. Indonesia dianggap sebagai pasar kunci karena negara ini telah menjadi salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk produk minuman non-alkohol karena pertumbuhan cepat kalangan menengah di negara ini. Boston Consulting Group memprediksi bahwa jumlah konsumen 'kelas menengah dan makmur' di Indonesia akan meningkat dari 74 juta di 2013 menjadi 141 juta pada 2030. McKinsey memperkirakan bahwa kelas menengah Indonesia akan meningkat menjadi 135 juta pada 2020.

Paket investasi Coca Cola mencakup akselerasi dari ekspansi sistem penyimpanan dan produksi Coca Cola Amatil Indonesia dan juga meningkatkan pembelian infrastruktur untuk minuman dingin. Setelah semua rencana ekspansi diwujudkan, Coca Cola akan menambahkan sekitar 48.000 lapangan kerja di pasar Indonesia. Saat ini, perusahaan-perusahaan afiliasi Coca Cola di Indonesia memperkerjakan sekitar 12.000 orang.

Dalam tiga tahun terakhir, Coca Cola Amatil Indonesia melancurkan 18 lini produksi, menambah 150.000 mesin pendingin dan mendirikan pusat-pusat distribusi besar.

Coca Cola telah aktif di Indonesia sejak 1927. Saat ini perusahaan ini mengoperasikan 10 pabrik botol dan memiliki 200 pusat distribusi yang tersebar di seluruh negeri. Perusahaan ini telah menginvestasikan total 1,2 miliar dollar AS di Indonesia selama 25 tahun terakhir.

Bahas