Produsen rokok terbesar Indonesia, HM Sampoerna, diprediksi akan melanjutkan rights issue yang telah direncanakannya kendati kondisi pasar saham sedang lemah. HM Sampoerna, anak perusahaan dari raksasa rokok dan tembakau yang bermarkas di Amerika Serikat (AS) Philip Morris International, harus memenuhi persyaratan minimum free-float di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang baru-baru ini diubahkan.

Lanjut baca ›

Dalam rangka mematuhi peraturan yang baru, Philip Morris International Inc. akan meningkatkan rasio free float dari unit Indonesianya HM Sampoerna di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari 1,82% menjadi 7,50%. Per Januari 2016, semua perusahaan yang terdaftar di BEI diharuskan menjual setidaknya 7,5% dari saham mereka kepada publik. Kendati begitu, saat ini Philip Morris memiliki 98,18% dari saham HM Sampoerna, manufaktur rokok terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan terbesar di BEI dalam konteks kapitalisasi pasar.

Lanjut baca ›

Philip Morris Indonesia, Philip Morris International's affiliate in Indonesia, will invest USD $174 million to increase production capacity of white and clove (kretek) cigarettes. About USD $78 billion will be used to enhance production capacity at its two existing factories in Karawang (West Java), while the remaining USD $96 million will be used to establish a new factory, specifically for the production of Marlboro-branded cigarettes. This new factory will be located next to its other two factories in Karawang.

Lanjut baca ›

HM Sampoerna, Indonesia's largest tobacco manufacturer and the country's second-largest company based on market capitalization, will pay out dividend amounting to IDR 2,269 per share (USD $0.23) as agreed in today's shareholders' meeting (18 April 2013). The company will use its full net profit of 2012 for the dividend payout. Last year, HM Sampoerna recorded net profit of IDR 9.95 trillion (USD $1.02 billion), a 23.3 percent increase compared to 2011.

Lanjut baca ›