Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini US Interest Rates

  • Apa yang Mempengaruhi Performa Rupiah Minggu ini?

    Tampaknya, pesan Federal Reserve bahwa Fed masih menunda menaikkan suku bunga di Amerika Serikat (AS) hanya mengimplikasikan periode singkat pelemahan dollar AS terhadap mata uang Asia. Pada hari Jumat (20/03), rupiah melemah 0,51% menjadi Rp 13.124 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index. Volatilitas tinggi pada saat ini juga merupakan akibat dari kebijakan berbeda yang diterapkan oleh berbagai bank sentral. Sementara Federal Reserve AS bertekad untuk lebih mengetatkan kebijakan moneternya, bank sentral di Jepang dan Eropa melakukan sebaliknya.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah & Saham Indonesia Menguat setelah Pertemuan Federal Reserve

    Saham di Indonesia dan nilai tukar rupiah menguat tajam pada hari Kamis (19/03) setelah Federal Reserve menunda menaikkan suku bunga acuannya dalam Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) selama dua hari yang berakhir pada hari Rabu (18/03) karena inflasi Amerika Serikat (AS) masih rendah sedangkan pertumbuhan ekonomi AS sedikit melambat. Bank sentral AS menberikan sinyal bahwa Fed tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga acuannya. Di sisi lain, Fed juga menghapuskan kata 'sabar' dari panduannya untuk suku bunga (yang berada dalam posisi paling rendah sejak akhir 2008).

    Lanjut baca ›

  • Bank Sentral Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di 7,50% di Maret

    Bank Sentral Indonesia (Bank Indonesia) memutuskan untuk tetap menjaga suku bunga acuannya pada 7,5% sebagai hasil keputusan pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang dilakukan hari ini. Suku bunga overnight deposit facility dan suku bunga lending facility dipertahankan masing-masing 5,5% dan 8%. BI menganggap bahwa kondisi suku bunga saat ini sesuai dengan targetnya untuk mendorong inflasi ke dalam target antara 3,0% sampai 5,0% dalam basis year on year (y/y) di tahun 2015 dan mengurangi defisit neraca transaksi berjalan Indonesia antara 2,5% sampai 3,0% dari produk domestik bruto (PDB).

    Lanjut baca ›

  • Penurunan Drastis Rupiah Indonesia: Jatuh ke Rp 13,200 per Dollar AS

    Di Indonesia, lampu sorot tetap tajam terfokus pada pelemahan drastis rupiah. Karena semakin berkembangnya spekulasi bahwa US Federal Reserve akan segera menaikkan tingkat suku bunga pinjamannya, aset-aset pasar berkembang (baik mata uang maupun saham) cenderung melemah. Walau sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah lebih rentan karena Indonesia sedang mengalami defisit transaksi berjalan yang besar. Hal ini menginformasikan kepada para investor bahwa negara ini bergantung pada capital inflows dari negara-negara asing.

    Lanjut baca ›

  • Update Saham & Rupiah Indonesia: Penguatan USD Melanda Pasar

    Saham-saham Indonesia dan nilai tukar rupiah kena dampak negatif dari penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (09/03) setelah rilisnya US payrolls yang lebih kuat dari prediksi sebelumnya dan karenanya memperkuat dugaan bahwa US Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pinjaman acuannya pada bulan Juni. Terlebih lagi, pada minggu lalu, Gubernur bank sentral AS Janet Yellen telah memberikan sinyal kepada Konggres AS bahwa bank sentral AS mungkin akan mengurangi 'patient stance'. IHSG jatuh 1,25% ke 5.445,84 poin pada sesi perdagangan pertama di hari Senin (09/03).

    Lanjut baca ›

  • Update Inflasi Indonesia: Harga Beras Menyebabkan Tekanan Inflasi

    Tingkat inflasi di Indonesia diperkirakan makin menurun pada Februari 2015 karena harga bahan-bahan makanan menurun. Pengecualian ada pada harga beras. Harga beras telah meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12 ribu per kilogram di bulan Februari. Harga beras yang lebih tinggi disebabkan karena banyaknya halangan dalam operasi-operasi untuk distribusi raskin dikombinasikan dengan musim panen yang terlambat di tahun ini (antara Maret dan Juni). Fluktuasi harga beras, makanan pokok untuk 250 juta penduduk Indonesia, memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

    Lanjut baca ›

  • What Impacts on the Indonesian Rupiah Today? Fed, China, Greece & Inflation

    After Federal Reserve Chairwoman Janet Yellen indicated that the US central bank will be patient in raising the interest rate environment in the world’s largest economy, Indonesian assets gained on Wednesday (25/02). Both the benchmark Jakarta Composite Index and rupiah exchange rate strengthened 0.51 percent yesterday. Apart from increased speculation that the Fed will not raise interest rates before summer, expectation that Greece will avoid a disastrous default brought more positive market sentiments.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Indonesia Update: Falling towards IDR 13,000 per US Dollar

    Indonesia’s rupiah depreciated to its lowest level since mid-December 2014 nearly touching the psychological level of IDR 13,000 per US dollar ahead of Federal Reserve Chairwoman Janet Yellen appearance before the US Senate Banking Committee and the US Congress (in a two-day meeting) to elaborate on the Fed’s stance on US interest rates. As US jobless claims fell more than expected, analysts believe that it will not take long before the US central bank introduces higher borrowing costs in the world’s largest economy.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Stocks & Rupiah: No ‘Grexit’? Emerging Market Assets Gain

    The benchmark stock index of Indonesia (Jakarta Composite Index) edged higher on Monday (23/02) to set another all-time record high supported by foreign investors’ net buying (IDR 708.2 billion), optimism that Greece will not default on its debt or exit from the Eurozone, and on gaining Southeast Asian stock markets (while markets in China were still closed due to Chinese New Year). Meanwhile, the Indonesian rupiah exchange rate depreciated 0.09 percent to IDR 12,836 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • Gambaran IMF & Moody’s tentang Perekonomian Indonesia dan Dunia

    Benedict Bingham, Senior Resident Representative untuk Indonesia di International Monetary Fund (IMF), memperkirakan bahwa bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) akan terus berkomitmen pada kebijakan moneter yang lebih ketat dalam upaya untuk menjaga fundamental fiskal nasional di tengah tekanan eksternal. Terlepas dari pertumbuhan ekonomi global yang lamban, kenaikan suku bunga di AS (tahun ini) diperkirakan mempengaruhi Indonesia karena akan mendorong aliran keluar modal dari pasar-pasar berkembang.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru US Interest Rates

  • Why the Indonesian Rupiah Exchange Rate has been Depreciating Lately

    After the Indonesian rupiah exchange rate temporarily surpassed the psychological boundary of IDR 12,000 per US dollar on Wednesday (18/06), concerns about the fundamentals of the currency emerged. The currency has been under pressure recently due to external factors (monetary policy of the Federal Reserve and geopolitical tensions in Iraq) and domestic factors (large private debt, significant US dollar demand, the wide trade deficit and political uncertainty ahead of the presidential election).

    Lanjut baca ›

  • US Higher Yields and Trade Deficit Concerns Impact on Indonesian Rupiah

    The Indonesian rupiah exchange rate continued to depreciate further on Wednesday (04/06). According to the Bloomberg Dollar Index, the currency of Indonesia had weakened 0.38 percent to IDR 11,855 per US dollar by 15:00pm local Jakarta time. The depreciation occurred due to US dollar demand from local importers for payments and renewed concern about the country's trade balance. Today's performance of the rupiah is in line with the performance of other Asian currencies as investors return to the US dollar on higher US yields.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah Update: Depreciating 0.46% on US Economic Data

    The Indonesian rupiah exchange rate continued its recent depreciating trend on Wednesday (28/05). According to the Bloomberg Dollar Index, the currency had depreciated 0.46 percent to IDR 11,633 against the US dollar at the end of the trading day. The rupiah's performance is in line with the general trend in Asia where most currencies lost ground to the greenback on today's trading day. As various US economic data indicate a continued recovery of the US economy, the market expects more US monetary tightening.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag