Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini Reforms

  • Investors Complain: Difficult to Obtain Permits in Indonesia

    Hariyadi Sukamdani, Chairman of the Indonesian Employers Association (Apindo), said investors continue to complain about the difficulty of obtaining all necessary investment permits in the regions of Indonesia even though, generally, there has been an improvement in the degree of bureaucracy under the Joko Widodo administration.

    Lanjut baca ›

  • World Bank Releases June 2016 Indonesia Economic Quarterly Report

    The World Bank released the June 2016 edition of its Indonesia Economic Quarterly (IEQ) report on Monday (20/06). Recently, the Washington-based institution took a rigorous step by downgrading its 2016 global economic growth forecast from 2.9 percent (y/y) to 2.4 percent (y/y). This is a significant downgrade that was primarily due to the weak performance of commodity exporters. Despite this downgrade the World Bank still sees a resilient Indonesian economy, reflected by a GDP growth forecast of 5.1 percent (y/y) in 2016 and 5.3 percent (y/y) in 2017.

    Lanjut baca ›

  • Bank Dunia Memotong Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2015

    Di dalam Update Perekonomian Asia Timur dan Pasifik dari Bank Dunia, dirilis hari Senin (13/04), institusi yang bermarkas di Washington ini merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,2% pada basis year-on-year (y/y) di 2015, menurun dari 5,6% di Update Bank Dunia sebelumnya. Penyebab utama penurunan proyeksi ini adalah performa ekspor Indonesia yang tetap lemah karena lambatnya perekonomian dunia, termasuk lemahnya permintaan dari Republik Rakyat Tionghoa (mitra dagang terbesar Indonesia). Sementara itu, konsumsi domestik Indonesia dibatasi tingkat suku bunga yang tinggi.

    Lanjut baca ›

  • Laporan Bank Dunia: Update Ekonomi Asia Pasifik Timur Terbaru

    Di edisi terbaru dari Update Perekonomian Asia Pasifik Timur, dirilis pada hari Senin (13 April 2015), Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara berkembang di Asia Timur & Republik Rakyat Tionghoa (RRT) menjadi 6,7% pada basis year-on-year (y/y) di 2015 dan 2016 dari asumsi awalnya yaitu pertumbuhan 6,9% (y/y) di 2015 dan 6,8% (y/y) di 2016. Alasan utama untuk menurunnya revisi adalah karena ketidakjelasan konteks perekonomian global, yang mencakup dampak dari ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan kenaikan nilai tukar dollar AS.

    Lanjut baca ›

  • S&P Awaiting Results from Indonesia’s Economic Policy Reforms

    Global credit rating agency Standard & Poor’s remains the only credit rating agency among the big three to maintain its BB+/stable rating on Indonesia’s sovereign credit (which is one notch below investment grade). Both Fitch Ratings (BBB-/stable) and Moody’s Investor Service (Baa3/stable) had already brought Indonesia back to investment grade in 2011 and 2012. Standard & Poor’s has been reluctant to raise Indonesia’s status as it wants to see more results from the country’s economic policy reforms.

    Lanjut baca ›

  • OECD mengenai Bonus Demografi, Proteksionisme & PDB Indonesia

    OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), sebuah lembaga internasional yang bekerja sama dengan pemerintah negara-negara untuk memahami faktor-faktor yang mendorong perubahan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, berpandangan positif mengenai prospek perekonomian di Indonesia. Namun, institusi ini juga menekankan bahwa Indonesia perlu melaksanakan pekerjaan rumahnya dalam rangka mendapatkan keuntungan optimal dari bonus demografi negara dan bergabung dengan kelompok negara berpendapatan menengah ke atas.

    Lanjut baca ›

  • Update Mata Uang Indonesia: Rupiah Menguat, Dollar Amerika Melemah

    Nilai tukar rupiah mengawali minggu ini dengan posisi kuat karena dollar Amerika Serikat (AS) melemah akibat ketidakjelasan mengenai waktu kenaikan suku bunga AS. Kontras dengan dugaan awal, meeting Federal Reserve yang terakhir (diadakan 17-18 Maret) mengindikasikan bahwa belum akan ada kenaikan suku bunga dalam waktu singkat di negara dengan ekonomi terbesar. Hal ini mendorong meningkatnya minat untuk aset-aset pasar negara berkembang. Apalagi, Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia berjanji akan menjaga stabilitas rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Newsletter Indonesia Investments edisi 22 Maret 2015 Diterbitkan

    Pada 22 Maret 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi newsletter-nya yang terbaru. Newsletter gratis ini, yang dikirimkan kepada para pelanggan kami sekali setiap minggunya, berisi berita-berita paling penting yang telah dilaporkan di website kami dalam 7 hari terakhir. Kebanyakan topik berkaitan dengan isu-isu ekonomi seperti analisis performa rupiah, analisis tentang suku bunga acuan Bank Indonesia, update Bank Dunia, neraca perdagangan, jasa keuangan syariah, reformasi perekonomian, dan masih banyak lagi.

    Lanjut baca ›

  • Apa yang Mempengaruhi Performa Rupiah Minggu ini?

    Tampaknya, pesan Federal Reserve bahwa Fed masih menunda menaikkan suku bunga di Amerika Serikat (AS) hanya mengimplikasikan periode singkat pelemahan dollar AS terhadap mata uang Asia. Pada hari Jumat (20/03), rupiah melemah 0,51% menjadi Rp 13.124 per dollar AS menurut Bloomberg Dollar Index. Volatilitas tinggi pada saat ini juga merupakan akibat dari kebijakan berbeda yang diterapkan oleh berbagai bank sentral. Sementara Federal Reserve AS bertekad untuk lebih mengetatkan kebijakan moneternya, bank sentral di Jepang dan Eropa melakukan sebaliknya.

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru Reforms

  • World Bank Report: How Can Indonesia Avoid the Middle Income Trap?

    On Monday (23/06), the World Bank released its latest analysis regarding the Indonesian economy. In its report, titled ‘Indonesia: Avoiding the Trap’, the World Bank states that Indonesia needs to implement a six reforms in priority areas in order to avoid the so-called middle income trap (referring to the situation where a country gets stuck at a certain income level). Without these critical reforms, the country’s economic growth will slow and may not be able to escape the middle income trap.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag