Pada hari Senin (22/06), Pemerintah Yunani mempresentasikan proposal baru kepada para pemimpin Uni Eropa dalam usaha untuk menghindari keluarnya Yunani (Greek exit/Grexit) dari zona euro. Akibatnya, indeks-indeks di seluruh dunia naik. Wall Street memiliki performa baik dengan Dow Jones Industrial Average dan Standard & Poor’s 500 Index sama-sama naik 0,6% dan Nasdaq naik 0,7% sebagai hasil dari optimisme baru mengenai isu hutang Yunani. Indeks-indeks Amerika Serikat (AS) yang positif adalah bagian dari alasan mengapa Asia dibuka (dan tetap) pada zona hijau pada hari Selasa, diikuti oleh indeks-indeks Eropa.

Bahkan Shanghai Composite Index, yang jatuh 13% minggu lalu karena kekuatiran tentang gelombang inflasi di saham lokal (karena para investor telah meminjam besar-besaran tahun ini untuk berinvestasi di saham-saham ini), berakhir naik 2,19% pada hari Selasa. Meskipun aktivitas manufaktur Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berkontraksi untuk bulan keempat secara berturut-turut di bulan Juni (Indeks Preliminary HSBC Purchasing Managers ada di 49,6), hasilnya lebih baik dari perkiraan dan indeks ini mecapai nilai tertinggi selama tiga bulan terakhir. Tetap, hasil ini mengindikasikan bahwa perekonomian RRT terus melambat di 2015 meskipun telah dilakukan tiga pemotongan suku bunga dan tindakan-tindakan Pemerintah yang lain untuk mendongkrak pinjaman di sektor perbankan RRT dan pasar perumahan. Di kuartal 1 tahun 2015, perekonomian RRT bertumbuh 7,0%, level terlemah selama 6 tahun terakhir. Tahun lalu, perekonomian RRT berekspansi 7,4%, kecepatan terlemah selama hampir seperempat abad.

Seperti yang disebutkan di atas IHSG tidak mengikuti sentimen positif global. Bahkan penguatan nilai rupiah gagal mendukung saham-saham Indonesia. Menurut Bloomberg Dollar Index, rupiah menguat 0,38% menjadi Rp 13.255 per dollar AS sejalan dengan mata uang-mata uang Asia yang lain karena Federal Reserve belum mengkonfirmasi apakah akan menaikkan suku bunga AS di bulan September pada pertemuan kebijakannya yang terakhir.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG):

Juga, pengumuman dari Moody’s Investors Service menyatakan bahwa sistem perbankan Indonesia tetap stabil (Baa3 stable) dan cukup kuat untuk bertahan dalam lingkungan operasional yang menantang karena buffer perbankan yang kuat di Indonesia gagal mendukung saham-saham Indonesia (meskipun nonperforming loans diprediksi akan meningkat karena perlambatan pertumbuhan ekonomi di perekonomian terbesar di Asia Tenggara).

Para investor mungkin kuatir mengenai inflasi yang diprediksi akan tinggi di bulan Juni (0,6-0,7% pada basis month-to-month atau 7,4% pada basis year-on-year). Terlebih lagi, sejumlah asumsi makroekonomi telah direvisi turun oleh Pemerintah Pusat dan bank sentral, mengimplikasikan bahwa percepatan pertumbuhan perekonomian kemungkinan tidak bisa terjadi dalam waktu dekat.

Nilai tukar rupiah yang menjadi acuan Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, disingkat JISDOR) menguat 0,02% menjadi Rp 13.316 per dollar AS pada hari Selasa (23/06).

Rupiah Indonesia versus Dollar AS (JISDOR):

| Source: Bank Indonesia

Bahas