• Indonesia Investments' Newsletter of 1 March 2015 Released

    On 1 March 2015, Indonesia Investments released the latest edition of its newsletter. This free newsletter, which is sent to our subscribers once per week, contains the most important news stories from Indonesia that have been reported on our website in the last seven days. Most of the topics involve economic matters such as a forecast for February inflation, an analysis of the rupiah exchange rate, news from the coal mining and palm oil sectors, Islamic finance, the IPO of Mitra Keluarga Karyasehat, and more.

    Lanjut baca ›

  • Update Inflasi Indonesia: Harga Beras Menyebabkan Tekanan Inflasi

    Tingkat inflasi di Indonesia diperkirakan makin menurun pada Februari 2015 karena harga bahan-bahan makanan menurun. Pengecualian ada pada harga beras. Harga beras telah meningkat 30% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 12 ribu per kilogram di bulan Februari. Harga beras yang lebih tinggi disebabkan karena banyaknya halangan dalam operasi-operasi untuk distribusi raskin dikombinasikan dengan musim panen yang terlambat di tahun ini (antara Maret dan Juni). Fluktuasi harga beras, makanan pokok untuk 250 juta penduduk Indonesia, memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Ok dengan Rupiah Lemah Demi Memperbaiki Transaksi Berjalan

    Nilai tukar rupiah melemah 0,79% menjadi Rp 12.932 per dollar Amerika Serikat (AS) menurut Bloomberg Dollar Index pada hari Jumat (27/02), level terendah sejak akhir 2008, setelah bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) menyatakan tidak berencana melakukan terlalu banyak intervensi untuk mendukung rupiah. Bank Indonesia (BI) menyatakan tidak memiliki level target untuk rupiah dan tidak akan melawan pasar. Statemen ini merupakan sinyal-sinyal bahwa BI nyaman dengan rupiah yang lemah demi memperbaiki neraca transaksi berjalan.

    Lanjut baca ›

  • Kinerja Astra International: Laba Tahun 2014 Sedikit Surut

    Perusahaan publik terbesar dan salah satu konglomerat terdiversifikasi terbesar di Indonesia, Astra International (yang sering dianggap sebagai barometer perekonomian Indonesia karena peran perusahaan ini di berbagai sektor mulai dari distribusi mobil ke perkebunan, layanan keuangan dan peralatan berat) mencapai hasil campuran positif dan negatif pada tahun fiskal 2014. Berdasarkan pada laporan pendapatan perusahaan Astra yang terakhir, pada tahun fiskal 2014, laba bersih jatuh 1,2% dalam basis year-on-year (y/y) menjadi Rp 19,2 triliun.

    Lanjut baca ›