Sekilas pandang pada data yang diterbitkan hari ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa akselerasi ekonomi di kuartal 3 terutama disebabkan oleh membaiknya belanja Pemerintah Indonesia. Belanja Pemerintah lemah pada semester 1 tahun 2015 sehingga menimbulkan kekuatiran karena Pemerintah hanya membelanjakan kira-kira 34% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 pada bulan Juni (hal ini juga disebabkan oleh revisi budget dan perubahan organisasional pada level Pemerintah). Sebelumnya pada minggu ini, Presiden Indonesia Joko Widodo menginformasikan bahwa realisasi belanja Pemerintah telah naik dua kali lipat menjadi 70% dari APBN pada bulan Oktober.

Belanja Pemerintah naik 6,56% (y/y) di kuartal 3, berakselerasi dari laju 2,28% (y/y) di kuartal sebelumnya. Konsumsi rumahtangga (yang berkontribusi kira-kira 55% untuk perekonomian) naik 4,96% (y/y) di kuartal 3 tahun 2015, nyaris tak berubah dari laju pertumbuhan 4,97% (y/y) di kuartal kedua. Sementara itu, pertumbuhan belanja investasi berakselerasi 4,62% (y/y), dari 3,55% (y/y) di kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan Ekonomi 2009-2015 (perubahaan tahunan):

 Tahun    Quarter I
   Quarter II    Quarter III    Quarter IV
 2015        4.72        4.67         4.73
 2014        5.14        5.03         4.92         5.01
 2013        6.03        5.81         5.62         5.72
 2012        6.29        6.36         6.17         6.11
 2011        6.45        6.52         6.49         6.50
 2010        5.99        6.29         5.81         6.81
 2009        4.60         4.37         4.31         4.58

Sumber: BPS

Indikator Ekonomi Makro Indonesia, 2009-2015:

    2009   2010   2011   2012    2013    2014    2015
Gross Domestic Product²
  (annual percent change)
   4.6    6.4    6.2    6.0     5.6     5.0     4.8¹
• Consumer Price Index
  (annual percent change)
   4.8    5.1    5.4    4.3     8.4     8.4     3.0¹
Exchange Rate
  (IDR/USD)
10,389  9,074  8,773  9,419  11,563  11,800  13,500¹
Current Account Balance 
 
(percent of GDP)
     0.7    0.2   -2.8    -3.3    -2.9    -2.5¹
• Population
  (in millions)
    241   244   247    250    253    255¹
• Poverty
  (percent of population)
  14.2   13.3   12.5   11.7    11.5    11.0    11.2³
Unemployment
  (percent of work force)
   7.9    7.1    6.6    6.1     6.3     5.9     5.8³
• Foreign Exchange Reserves
  (in billion USD)
  66.1   96.2  110.1  112.8    99.4   111.9   101.7

¹ menunjukkan prognosis
² Statistics Indonesia (BPS) shifted the basis of the computation from the year 2000 to 2010 and adopted a significantly updated methodology, hence GDP growth results between 2010 and 2014 have been revised in early 2015
³ data dari Februari 2015

Sumber: Bank Dunia, BPS, Bank Indonesia dan International Monetary Fund (IMF)

Pada awalnya Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi untuk mencapai 5,7% (y/y) pada APBN 2015. Setelah tiga kuartal berlalu kini kita dapat menyimpulkan bahwa akan dibutuhkan performa yang mengagumkan di kuartal terakhir bahkan hanya untuk mencapai batas pertumbuhan 5% (y/y) untuk setahun penuh 2015. Di September dan Oktober, Pemerintah Indonesia mengumumkan serangkaian program stimulus ekonomi (termasuk isu-isu seperti deregulasi dan keringanan pajak). Mungkin tindakan-tindakan stimulus ini dapat mendongkrak perekonomian Indonesia di kuartal ke-4. Kendati begitu, kami meragukan akan tercapai angka pertumbuhan PDB di atas 5% (y/y) di kuartal 4 tahun 2015 kendati belanja Pemerintah biasanya meningkat di kuartal terakhir. Pertumbuhan PDB Indonesia baru-baru ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi di negara ini bertahap dan lambat.

Apa Saja Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat di Indonesia?

Rendahnya Harga Komoditi & Lambannya Pertumbuhan Ekonomi Global; performa ekspor Indonesia sangat tergantung pada ekspor dari komoditi-komoditi (yang sebagian besar masih mentah) seperti batubara, minyak sawit mentah, dan biji-biji mineral. Pengiriman komoditi berkontribusi untuk lebih dari setengah total ekspor negara ini. Kendati begitu, karena lambatnya pertumbuhan ekonomi global, terutama perlambatan di Republik Rakyat Tiongkok (RRT), permintaan untuk komoditi telah menurun, sehingga harga-harga komoditi menurun sejalan dengan itu. Di sembilan bulan pertama tahun 2015, ekspor Indonesia berkontraksi 13,3% pada basis year-on-year (y/y) menjadi 115,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS), sementara impor jatuh 19,7% (y/y) menjadi 107,9 miliar dollar AS. Angka-angka impor dan ekspor yang melemah ini menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi global dan domestik telah menurun selama periode ini.

Bulan lalu, International Monetary Fund (IMF) memotong proyeksinya untuk pertumbuhan ekonomi global di 2015 sebesar 0,2% poin menjadi 3,1% (y/y) karena perlambatan yang berkelanjutan di negara-negara berkembang dan perkiraan pemulihan yang lemah di negara-negara dengan ekonomi maju. Pertumbuhan global yang lambat, tertutama perlambatan RRT (sebagai mitra kunci untuk Indonesia), menyebabkan jatuhnya permintaan dari luar negeri untuk ekspor Indonesia.

Suku Bunga Tinggi; bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) masih memberlakukan rezim suku bunga acuan yang relatif tinggi (7,50%) dalam rangka mendorong inflasi kembali ke cakupan target bank sentral (3-5% y/y) dan memperbaiki neraca transaksi berjalan secara berkelanjutan. Terlebih lagi, tingkat suku bunga yang tinggi mendukung rupiah menjelang ancaman kenaikan suku bunga AS. Karena itu, Bank Indonesia lebih memilih stabilitas keuangan dibandingkan kecepatan pertumbuhan ekonomi karena suku bunga yang tinggi mengurangi pertumbuhan kredit dan aktivitas ekonomi. Karena inflasi dan neraca transaksi berjalan Indonesia telah membaik, Bank Indonesia tampaknya memiliki ruang untuk pemotongan suku bunga di bulan November atau Desember.

Pemerintah Indonesia menargetkan tingkat pertumbuhan PDB 5,3% di 2016. Menteri Keuangan Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan Pemerintah akan berfokus pada proyek-proyek infrastruktur untuk mendongkrak pertumbuhan di 2016. Kendati begitu, kami yakin bahwa untuk mencapai target 5,3% dibutuhan perbaikan pada kondisi eksternal.

Lanjut Baca:

Gross Domestic Product of Indonesia
Economy of Indonesia: GDP Growth Slows to 4.67% y/y in Q2-2015

Bahas