Di bawah ada daftar dengan kolom dan profil perusahaan yang subyeknya berkaitan.

Berita Hari Ini BI Rate

  • No Independence Day for the Indonesian Rupiah: Foreign Pressures Persist

    Although influence of the devaluation of China’s yuan has eased, the Indonesian rupiah remains under pressure as investors are waiting for results of Bank Indonesia’s Board of Governor’s meeting (to be held later today), low oil (and other commodity) prices, while the US dollar appreciates against most other currencies amid mixed US macroeconomic data. Based on the Bloomberg Dollar Index, the rupiah had depreciated 0.12 percent to IDR 13,838 per US dollar by 10:30 am local Jakarta time on Tuesday (18/08).

    Lanjut baca ›

  • Economy of Indonesia: GDP Growth Slows to 4.67% y/y in Q2-2015

    Statistics Indonesia (BPS) announced today (05/08) that the Indonesian economy grew 4.67 percent (y/y) in the second quarter of 2015, the slowest pace since 2009. However, the result was in line with expectation. Most analysts assumed that economic growth would continue to slow as there has been no rebound in global commodity prices, interest rates remained high, people’s purchasing power weakened, government spending remained problematic, companies Q2-2015 earnings reports were not too good, and manufacturing contracted.

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Investments Menerbitkan Newsletter Edisi 19 Juli 2015

    Pada 19 Juli 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi terbaru dari newsletternya. Newsletter gratis ini, yang dikirimkan kepada para pelanggan kami sekali seminggu, berisi berita-berita paling penting dari Indonesia yang telah dilaporkan di website kami selama tujuh hari terakhir. Kebanyakan topik membahas tentang isu ekonomi seperti update proyeksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Pembangunan Asia untuk wilayah Asia, tingkat suku bunga Indonesia, neraca perdagangan Juni, kebijakan Open Sky ASEAN, update industri minyak sawit, dan banyak lagi.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Tidak Ubah Suku Bunga Selama 5 Bulan Berturut-Turut

    Seperti yang telah diprediksi, Bank Indonesia tidak mengubah tingkat suku bunganya pada pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (14/07). BI rate yang menjadi acuan dipertahankan pada 7,50%, sementara fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga lending facility dipertahankan masing-masing pada 5,50% dan 8,00%. Bank Indonesia meyakini bahwa kondisi tingkat suku bunga saat ini sejalan dengan upaya untuk menurunkan inflasi dan juga mendukung rupiah yang melemah menjelang perkiraan pengetatan moneter lebih lanjut oleh Amerika Serikat (AS) di kemudian hari pada tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Diprediksi Belum Akan Memotong Tingkat Suku Bunga

    Kebanyakan analis setuju bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga yang sama dalam pertemuan Dewan Gubernur yang dijadwalkan untuk dilaksanakan pada hari Selasa 14 Juli 2015. Bank sentral Indonesia dipediksi akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada 7,50%, fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) pada 5,50%, dan suku bunga lending facility pada 8,00% karena tingkat inflasi Indonesia telah meningkat cepat baru-baru ini sementara rupiah mengalami tekanan karena faktor-faktor eksternal.

    Lanjut baca ›

  • Penjualan Mobil di Indonesia Juni 2015: Lebih Tinggi, namun Lebih Rendah Juga

    Sejalan dengan perkiraan dan tren sejarah, penjualan mobil di Indonesia naik - dalam basis bulanan - di Juni 2015 menjelang perayaan Idul Fitri (yang menandai akhir bulan puasa umat Muslim). Penjualan mobil di Indonesia biasanya naik menjelang Idul Fitri, sebuah tradisi yang melibatkan perpindahan sementara jutaan orang Indonesia dari kota-kota ke daerah asal mereka. Sebelum perjalanan ke tempat asal, sebagian dari para pemudik ini membeli mobil baru, keputusan yang sering dipengaruhi oleh kampanye promosi dan program diskon.

    Lanjut baca ›

  • Perekonomian Indonesia: Revisi Pertumbuhan PDB, Kredit & Rupiah

    Pemerintah Indonesia merevisi target pertumbuhan perekonomian 2015. Sofyan Djalil, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan pada hari Jumat (03/07) bahwa target Pemerintah yang sebelumnya 5,8% pada basis year-on-year (y/y) terlalu tinggi dan tidak realistis mengingat konteks perekonomian internasional dan domestik yang tidak kondusif. Pemerintah merevisi turun target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2015 menjadi 5,2% (y/y). Djalil mengatakan bahwa perekonomian global diproyeksi untuk bertumbuh 2,9% (y/y) di 2015 dari perkiraan awal 3,5% (y/y).

    Lanjut baca ›

  • Indonesia Investments' Newsletter of 21 June 2015 Released

    On 21 June 2015, Indonesia Investments released the latest edition of its newsletter. This free newsletter, which is sent to our subscribers once per week, contains the most important news stories from Indonesia that have been reported on our website in the last seven days. Most of the topics involve economic subjects such Bank Indonesia’s interest rate policy, the May trade balance, Pertamina’s stake in the Mahakam block, the IPO of Merdeka Copper Gold, Islamic banking, education in Indonesia, and more.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Tak Ubah BI Rate pada 7,50% di Pertemuan Kebijakan Juni

    Sejalan dengan prediksi pasar, bank sentral Indonesia (Bank Indonesia) tidak mengubah suku bunga acuannya (BI rate) yang tetap pada 7,50% di hari Kamis (18/06). Bank Indonesia tetap berkomitmen pada posisi moneternya yang relatif ketat dalam usaha melawa percepatan inflasi, membatasi defisit transaksi berjalan Indonesia yang lebar, dan mendukung rupiah yang sedang melemah. Bank sentral juga menetapkan tingkat fasilitas simpanan bank Indonesia (Fasbi) dan suku bunga lending facility masing-masing pada 5,50% dan 8,00%.

    Lanjut baca ›

  • Saham Indonesia Naik Kembali karena Pembelian Asing namun Rupiah Jatuh

    Saham Indonesia naik kembali pada hari Selasa (16/06). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,72% menjadi 4.872,60 poin dikarenakan oleh pembelian bersih netto oleh pihak asing. IHSG naik kembali dari posisi kemarin yang merupakan level terendah selama 13 bulan terakhir. Para investor jangka menengah dan panjang kini memiliki kesempatakan besar untuk menemukan saham pada harga murah (terutama saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh melemahnya rupiah).

    Lanjut baca ›

Artikel Terbaru BI Rate

  • Interest Rate Environment: Why Bank Indonesia Left it Unchanged?

    Indonesia’s central bank (Bank Indonesia) decided to hold the country’s key interest rate (BI rate) at 7.50 percent, the deposit facility rate at 5.50 percent, and the lending facility rate at 8.00 percent at the Board of Governor’s Meeting conducted on Tuesday 17 March 2015. Bank Indonesia said that its decision is in line with its ongoing efforts to push inflation back to the target range of 4±1 percent for both 2015 and 2016, and to guide the country’s current account deficit towards a healthier level at 2.5-3 percent of GDP in the medium term.

    Lanjut baca ›

  • Ekonomi Indonesia: Inflasi, Suku Bunga, Perdagangan & Update Rupiah

    Indeks harga konsumen Indonesia turun di bulan Februari 2015, mencatat deflasi 0,36% dalam basis month-on-month (m/m), sementara tingkat inflasi tahunan (y/y) nasional berkurang menjadi 6,29%, turun dari 6,96% (y/y) di bulan sebelumnya. Tekanan-tekanan inflasi berkurang terutama karena menurunnya harga cabai dan bahan bakar. Berkurangnya tingkat inflasi di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini bisa menyediakan ruang bagi bank sentral (Bank Indonesia) untuk memotong suku bunga lebih lanjut di tahun ini.

    Lanjut baca ›

  • Analysis Performance of the Indonesian Rupiah Exchange Rate

    The Indonesian rupiah exchange rate continued to depreciate on Monday (02/03). According to the Bloomberg Dollar Index, Indonesia’s currency depreciated 0.30 percent to IDR 12,970 per US dollar, a six-year low. Apart from general bullish US dollar momentum in recent months (amid monetary tightening in the USA), the rupiah weakened due to Bank Indonesia’s signals that it tolerates a weaker currency in a move to boost exports (limiting the country’s current account deficit), and due to China’s interest rates cut.

    Lanjut baca ›

  • Bank Indonesia Lowers Key Interest Rate in Surprise Move

    In a surprise move, the central bank of Indonesia (Bank Indonesia) decided to lower its key interest rate (BI rate) by 25 basis points to 7.50 percent at the Board of Governor’s Meeting on Tuesday (17/02). The deposit facility rate (Fasbi) was also lowered by 25 basis points (to 5.50 percent), while the lending facility rate remained steady at 8.00 percent. In a press release the central bank stated that the current policy direction is estimated to moderate the country’s wide current account deficit further, while inflation remains under control.

    Lanjut baca ›

  • Analisis Rupiah Indonesia; Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rupiah

    Nilai tukar rupiah menguat pada Senin (16/02) karena neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan membaik, sementara dolar AS melemah karena penjualan ritel AS yang mengecewakan dan karena optimisme bahwa Yunani akan tetap menjadi anggota zona euro. Sementara itu, kementerian keuangan Indonesia mengadakan lelang obligasi konvensional di mana Rp 12 triliun dijual. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah terapresiasi 0.35 persen menjadi Rp 12,753 per dolar AS pada Senin (16/02).

    Lanjut baca ›

  • Update Indonesia: Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015?

    Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lebih lambat pada tahun 2014, terlihat optimisme bahwa pertumbuhan tersebut akan rebound pada tahun 2015 meskipun kondisi ekonomi global belum kondusif (dan membatasi kinerja ekspor Indonesia) serta lingkungan suku bunga Indonesia yang masih tinggi. Bank Indonesia menaikkan BI rate beberapa kali selama satu setengah tahun terakhir dalam upaya untuk mencegah inflasi tinggi (yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM subsidi), menghambat aliran keluar modal menjelang pengetatan moneter AS, membatasi defisit transaksi berjalan dan mendukung nilai rupiah.

    Lanjut baca ›

  • Indonesian Rupiah & Stocks Fall on Economic Concerns and Oil Price

    The Indonesian rupiah exchange rate depreciated on Wednesday (14/01) as global oil and other commodity prices continued to fall thus casting a negative spell on Indonesia’s currency. The rupiah depreciated 0.11 percent to IDR 12,614 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index. Market participants are concerned about the negative influence of low commodity prices on Indonesia’s export performance. Southeast Asia’s largest economy has had to cope with a wide trade and current account deficit in recent years.

    Lanjut baca ›

  • Rupiah Update Indonesia: Stronger on US Jobs Data

    In line with the performance of other Asian emerging currencies, Indonesia's rupiah exchange rate appreciated on Monday (12/01) as the fall in US wages (released late last week) caused speculation that the Federal Reserve will - for now - delay its plan to start raising US borrowing costs. Despite solid growing US non-farm payrolls in December 2014, US wages (average hourly earnings) fell the most in eight years. Indonesia’s rupiah appreciated 0.38 percent to IDR 12,599 per US dollar according to the Bloomberg Dollar Index.

    Lanjut baca ›

  • Fitch Ratings Keeps Indonesia’s Sovereign Rating at BBB-/Stable

    International credit rating agency Fitch Ratings maintained Indonesia’s sovereign rating at BBB-/stable outlook (investment grade). Baradita Katoppo, President Director of Indonesia’s Fitch Ratings branch, said that the firm is positive about the country’s financial fundamentals and prudent fiscal policy as the central bank has showed to prefer stability over growth, resulting in slowing credit growth and rising foreign exchange reserves in Southeast Asia’s largest economy. Economic growth is expected to fall to 5.1 percent (y/y) in 2014.

    Lanjut baca ›

  • Macroeconomic Stability Indonesia: Inflation and GDP Update

    The Governor of Indonesia’s central bank, Agus Martowardojo, said that he expects inflation to accelerate to 6.1 percent year-on-year (y/y) in November 2014, significantly up from 4.83 percent y/y in the previous month. Accelerated inflation is caused by the multiplier effect triggered by the recent subsidized fuel price hike in Southeast Asia’s largest economy. On 18 November 2014, the government introduced higher prices for subsidized fuels in a bid to reallocate public spending from fuel consumption to structural development.

    Lanjut baca ›

No business profiles with this tag