Meskipun tantangan tetap ada, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan naik pada tahun 2016, melebihi level 5.000 poin. Tahun lalu IHSG turun 12,13% menjadi ditutup pada 4.593,01 poin. Khususnya untuk sektor infrastruktur, perbankan, konsumsi, semen, properti dan konstruksi di Indonesia diprediksi akan memiliki kinerja yang baik tahun ini karena percepatan pertumbuhan ekonomi domestik yang didukung oleh pengeluaran pemerintah dan paket stimulus ekonomi baru-baru ini.

Lanjut baca ›

Hari perdagangan terakhir tahun 2015 di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah berlalu dan sekarang saatnya untuk melihat kembali kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah selama tahun 2015. Tahun 2015 merupakan tahun yang hektik, ditandai dengan volatilitas tinggi karena ketidakpastian tentang waktu kenaikan tingkat suku bunga AS (yang akhirnya diputuskan oleh Federal Reserve pada bulan Desember 2015) dan perlambatan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Lanjut baca ›

Rupiah Indonesia meneruskan penguatan yang luar biasa pada hari Selasa (22/12). Mata uang ini naik 0,98% menjadi Rp 13.672 per dollar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11:10 Waktu Indonesia Barat (Bloomberg Dollar Index). Rupiah telah pulih dari level rendahnya pada Rp 14.123 per dollar AS pada hari Senin 14 Desember menjadi Rp 13.672 per dollar AS, naik 3,2% dalam waktu sekitar satu minggu. Ada beberapa hal yang menjelaskan kinerja yang luar biasa ini.

Lanjut baca ›

Rupiah Indonesia menguat secara signifikan terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (21/12) kendati ada prediksi bahwa rupiah akan menjadi mata uang dengan performa terburuk di Asia pada tahun 2016 akibat capital outflows (karena suku bunga AS direncanakan akan semakin dinaikkan pada tahun 2016), cadangan devisa Indonesia yang menurun, dan harga-harga komoditi yang terus-menerus rendah. Berdasarkan pada Bloomberg Dollar Index, rupiah telah menguat 1,13% menjadi Rp 13.760 per dollar AS pada pukul 14:20 Waktu Indonesia Barat (WIB) pada hari Senin (21/12).

Lanjut baca ›

Pada tanggal 20 Desember 2015, Indonesia Investments menerbitkan edisi terbaru dari newsletternya. Newsletter gratis ini, yang dikirim ke pelanggan kami sekali per minggu, berisi berita-berita yang paling penting dari Indonesia yang telah dilaporkan di website kami selama tujuh hari terakhir. Sebagian besar topik membahas isu-isu ekonomi seperti update performa saham dan rupiah Indonesia, tingkat suku bunga di Indonesia, neraca perdagangan, campuran energi negara ini, update dari kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan banyak lagi.

Lanjut baca ›

Indeks-indeks saham di Asia Tenggara jatuh pada hari Jumat (18/12), dipimpin oleh indeks-indeks acuan di Thailand dan Indonesia. Pasar-pasar Asia ini mengikuti koreksi global yang terjadi setelah investor mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi dari kenaikan suku bunga Federal Reserve. Saham-saham di Amerika Serikat (AS) dan Eropa turun pada hari Kamis dan hari Jumat, sementara harga minyak dan komoditi-komoditi lainnya terus menurun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia turun 1,92 persen menjadi 4,468.65 poin.

Lanjut baca ›

Setelah reli kuat pada hari Kamis (merespon positif terhadap pengumuman Federal Reserve untuk menaikkan Fed Fund Rate), aset-aset Indonesia melemah pada hari Jumat (18/12) sementara kebanyakan pasar Asia turun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,20% menjadi 4.501,34 poin pada pukul 09:45 WIB, sementara rupiah telah melemah 0,22% menjadi Rp 14.040 per dollar Amerika Serikat (Bloomberg Dollar Index). Karena itu, saham-saham Indonesia mengikuti contoh saham-saham Amerika Serikat (AS) yang jatuh semalam.

Lanjut baca ›

Bank Indonesia, bank sentral dari negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada 7,50% pada pertemuan kebijakan di bulan Desember pada hari Kamis (17/12). Sementara itu, fasilitas simpanan Bank Indonesia (Fasbi) tidak berubah pada 5,50% dan fasilitas pinjaman di 8,00%. Ini adalah bulan kesepuluh berturut-turut Bank Indonesia tidak mengubah suku bunganya (pada bulan Februari 2015 bank sentral memangkas BI rate sebesar 0,25%).

Lanjut baca ›

Saham dan rupiah Indonesia merespon sangat positif terhadap keputusan Federal Reserve Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan Fed Fund Rate yang menjadi acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (16/12). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 1,62% menjadi 4.555,96 poin, sementara rupiah menguat 0,44% menjadi Rp 14.009 per dollar AS. Tidak hanya saham di Indonesia tetapi saham global juga sangat naik pada akhir dari ketidakpastian yang berkelanjutan mengenai waktu kenaikan suku bunga AS.

Lanjut baca ›

Federal Reserve Amerika Serikat (AS) akhirnya memutuskan untuk menaikkan Fed Fund Rate sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan di bulan Desember (15-16 Desember) karena perbaikan yang signifikan pada kondisi pasar tenaga kerja AS (tingkat pengangguran di AS telah jatuh menjadi 5%) dan inflasi AS diproyeksikan untuk mencapai target the Fed sebesar 2% pada jangka waktu menengah. Setelah pengumuman ini saham AS melonjak. Pasar negara-negara berkembang tidak mengalami capital outflows besar-besaran setelah kenaikan ini. Indeks-indeks saham di Asia menguat tajam pada hari Kamis pagi (17/12).

Lanjut baca ›

The reason why we frequently discuss Indonesia’s financial markets (especially the stock and money markets) in our monthly reports is because these markets reflect the degree of confidence there exists among domestic and foreign investors (which involves individuals as well as the big corporations) in global political and economic conditions and in the economic and fiscal fundamentals of Indonesia.

Lanjut baca ›

In essence, the Indonesian rupiah showed the same performance in 2024 as it did in the previous four years, namely it continued to weaken against the US dollar, albeit (the outlook for) interest cuts in the United States did cause a sharp, yet temporary, rebound in August 2024. Shortly after that rebound, the rupiah came under heavy pressures again, which continued into the last month of 2024.

Lanjut baca ›

There was some confusion about the government’s plan to raise the value-added tax (VAT) rate from 11 percent to 12 percent. Based on Law Number 7 of Year 2021 on Harmonization of Tax Regulations (specifically in Article 7), a one percentage point VAT hike from 10 to 11 percent materialized on 1 April 2022. That law also ordered for another one percentage point hike (to 12 percent) on 1 January 2025, the latest.

Lanjut baca ›

For Indonesia’s currency and stock markets, November 2024 was not a good month. We saw some rupiah depreciation reappearing (against the US dollar) and a falling benchmark stock index (Jakarta Composite Index, or IHSG). What this means is that market participants are nervous. And in times of nervousness, Indonesian assets are typically the first victim as participants seek safe haven assets. 

Lanjut baca ›

As expected, Bank Indonesia cut the benchmark interest rate at its monetary policy meeting on 17-18 September 2024. The BI rate was cut by 25 basis points (bps) to 6.00 percent, while also lowering the deposit facility and lending facility rates by 25 bps to 5.25 percent and 6.75 percent, respectively.

Lanjut baca ›

When global markets became really confident that the US Federal Reserve would cut its benchmark interest rate in September 2024, there occurred a sort of relief rally that is visible in Chart A below. Amid the increase in risk appetite, Indonesian stocks and the rupiah rate strengthened. Chart A shows that this rally started in late-July or early August 2024.

Lanjut baca ›

Over the past month, expectations of a looming interest rate cut in the United States (US) have only grown. The US Federal Reserve is widely expected to start cutting its benchmark interest rate at its policy meeting scheduled for 17-18 September 2024. In fact, the question seems to be whether it’ll be a 0.25 or 0.50 percentage point cut.

Lanjut baca ›

It is very interesting to take a quick look at the conclusions drawn at the latest US Federal Reserve meeting (held on 30-31 July 2024), as these conclusions have a big impact on global financial markets, including the Indonesian rupiah rate (and even on monetary policy of Indonesia’s central bank, Bank Indonesia).

Lanjut baca ›

As usual, we are going to take a look at the US Federal Reserve’s monetary policy as policy changes in the United States (or market perceptions about approaching policy changes) impact on the Indonesian rupiah rate as well as on monetary policy that is set by Indonesia’s central bank (Bank Indonesia).

Lanjut baca ›

In line with our projection, the central bank of Indonesia (Bank Indonesia) decided to raise its benchmark interest rate by 25 basis points (bps) to 6.00 percent after its October 2023 monetary policy meeting (held on 18-19 October 2023). Meanwhile, it also raised its deposit facility and lending facility by 25 bps, each, to 5.25 percent and 6.75 percent, respectively.

Lanjut baca ›